:: ntah pape ::

Manhaj+Penggerak(Murobbi+Mutarobbi)+Pure Tarbiyyah+Asolah Da'wah=Mantop

Sumer2 diatas+Wadah=Mantop Tahap Power Rangers

mm, untuk mnjadi MANTOP YG TAHAP POWER RANGERS=Nk x nk Wadah wajib dilengkapi dgn benda2 diatas..(maaf kirenyer sedikit mengelirukan). sooooo, mmmmmmmmmm, errrrrrrrr, ishhhhh, x dr pape la..JazakumuLLAH kerana sudi menyinggah

:: PeNyAkiT YaNg MeNyAkitKaN ::




Anta/Anti terkena sakit flu? Biasanya apabila kita banyak melakukan aktiviti tetapi tidak disertai istirehat dan makanan yang menunjang serta kondisi cuaca yang tidak ngam dapat membuat seseorang akan mudah mendapatkan penyakit FLU tersebut. Untuk mengubati penyakit tersebut biasanya doktor akan bagi minum ubat dan istirahat yang cukup.

Lalu bagaimana seorang ikhwah klu terkena FLU (Futur, Lesu, Uzlah)? Jawabnya tidak jauh berbeza dengan seorang yang terkena penyakit flu. Adanya beberapa kes tentang al akh yang kemudian sangat aktif dalam organisasi dakwah kemudianya tiba-tiba enggan untuk aktif kembali, ada juga yang hanya sekadar untuk menggugurkan kewajiban sebagai mutarobbi dengan prinsip "Asal Murobbi Senang" atau "Asal tidak tercatat negatif dalam struktural".


Penyebab sakit F L U
Untuk mengetahui seorang ikhwah terkena penyakit FLU, maka ada baiknya kita membuka kembali buku yang menjadi acuan aktivis tahun '90an yaitu "Terapi Mental Aktivis Harakah" tulisan DR. Sayyid Muhammad Nuh. Penyakit Futur ditempatkan pada bab pertama setelah bab pendahuluan mengenai "penyakit-penyakit di tengah jalan." Dua hal utama terjadinya futur adalah berlebih-lebihan dalam beragama dan suka menyendiri atau meninggalkan jamaah.

Terjadinya seorang al-akh berlebih-lebihan dalam beragama disebabkan banyaknya tugas yang dipikul oleh ikhwah tersebut dan tidak dibantu dalam sebuah 'team'. Tampaknya sudah menjadi suatu kebiasaan atau rahsia umum dikalangan kita bahwa apabila seorang ikhwah yang mendapatkan amanah sebagai ketua dalam jabatan perancangan maka biasanya ketua tersebut yang akan dituntut untuk tugas-tugas yang ada dan ikhwah yang lain sibuk dengan tugas-tugas luar.

Hal lainnya adalah suka menyendiri atau meninggalkan jamaah, biasanya seorang ikhwah lebih menyukai kesendirian mungkin tidak lagi merasakan manisnya semangat ukhuwah dalam berjamaah serta tidak menemukan adanya nuansa ruhiyyah ketika melakukan aktiviti ibadah dalam kesunyian. Dalam kesunyian ini, apabila ada saudaranya yang membiarkannya dalam kondisi tersebut, lambat laun namun pasti akan menjerumuskan akh tersebut dalam kelesuan beraktiviti dakwah. Beliau akan lebih suka dalam kemanisan beribadah daripada kesusahan aktivitas dakwah.

Lesu akan menjadi tingkat yang paling berbahaya dalam kondisi futur bagi seorang ikhwah, kerana apabila seorang al-akh sudah mengalami kelesuan biasanya lebih suka untuk Uzlah. Uzlah bisa dijadikan alasan seorang ikhwah karena lebih merasakan manisnya nilai ruhiyyah daripada berdakwah ke masyarakat. Adapula yang beralasan bahawa dengan bergaul dengan manusia dapat menganggu konsentrasi beribadah dengan melupakan pengertian ibadah yang sebenarnya.


Terapi Penyakit F L U Kader
Untuk mengubatinya tentu saja yang bersangkutan harus dapat memotivasi diri kembali dengan membaca buku-buku yang diperlukan, muhasabah diri pada saat istirehat. Tetapi, selain penyembuhan oleh yang bersangkutan maka kondisi lingkungan yang kondusif dalam proses penyembuhan tersebut. Menjenguk dan memberi oleh-oleh dari saudaranya bisa menjadi cara untuk mempercepat proses penyembuhan.

Seperti etika dalam menjenguk orang sakit, diusahakan tidak membahas tuntutan tugas dakwah, masalah-masalah dakwah yang harus diselesaikan, tetapi pembicaraan dapat diarahkan mengenai perhatian terhadap dirinya, keluarga dan hal-hal lain mengenai kesulitan prbadi kehidupannya dan akan lebih baik bila menawarkan diri untuk membantunya membantu permasalahan yang dihadapinya.

"Bagaimana kabar antum akhi?" Sudah lama tidak pernah kelihatan" Terdengar lebih baik dan manis daripada teguran "Kemana saja antum? Banyak tugas tuh!" atau "Kemana saja antum" Dimana saja antum bersembunyi antum akan tetap dicari akhi, bahkan bisa jadi catatan kaderisasi untuk tingkatan antum!?.

Atau "Akh, tugas yang kemarin antum dapat ada yang bisa ana Bantu?" juga terasa lebih baik dan melegakan bila dibandingkan "Bagaimana nih kerjaan antum? Kok hasilnya begini?". Ucapan-ucapan tersebut kelihatan sederhana tetapi sangat berpengaruh dalam dakwah fardiyah, silahkan baca kembali Sentuhan hati penyeru dakwah, panduan berdakwah syabiah tulisan Abbas As-sisi.


Memanusiakan kader dakwah
"Ikhwan juga manusia" begitu kadang sindiran beberapa akh dalam sebuah pembicaraan. Bersikaplah realistis terhadap kondisi saudara kita. Seorang al-akh yang sangat kekurangan dalam kondisi ekonomi, keluarga, waktu atau kesehatan tidak pernah kita anggap sebagai suatu masalah, tidak kita perhatikan bahkan tidak memberi solusi karena kita menganggap dia adalah kader dakwah yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri karena masalah umat sudah terlalu banyak.

Paradigma yang berbunyi "Masalah dai bukan masalah umat" seharusnya diubah menjadi "Dai adalah bagian dari umat dan permasalahan dai adalah bagian dari permasalahan umat", sehingga dengan demikian, sudah seharusnya kita memberi perhatian lebih terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para kader dakwah karena mereka adalah penggerak atau motor dalam masyarakat. Bisa dibayangkan, bila motor penggerak rusak tentu saja tidak akan bergerak dan masyarakat tidak akan berubah karena nilai-nilai dakwah tidak pernah sampai ke masyarakat.

Sebagaimana dalam kisah sirah nabawi, kita akan banyak menemukan perhatian lebih Rasulullah terhadap para sahabatnya sebagai motor penggerak utama, seperti sebelum shalat berjamaah beliau memperhatikan siapa si fulan yang tidak hadir dan menanyakan keadaannya. Bahkan tidak hanya menanyakan tetapi juga berkunjung memberi bantuan. Inilah cara yang diajarkan Rasulullah, seroang Murabbi, tauladan kita semua.


Bahasa Motivasi lebih baik dari bahasa ancaman
Apa yang menyebabkan para ulama kita terus berjuang dan berdakwah serta bersabar dalam medan yang susah pada zaman atau era terdahulu? Tentu saja jawabannya adalah untuk menggapai ridho-Nya dan dimasukkan dalam jannah-Nya, sebuah tujuan utama dalam mengisi lembar dakwah di dunia ini. Dengan adanya tujuan dalam diri mereka amka mereka akan mempunyai daya gerak yang luar biasa sebagaimana kualitas ini disebutkan dalam QS. Al Anfaal: 65 -66, bahwa nilai mereka bisa lebih besar 10 kali, 100 kali bahkan 1000 kali.

"Wahai Nabi (Muhammad) kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti." "Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia Mengetahui bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika diantara kamu ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus (orang musuh), dan jika diantara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus ribu orang dengan izin Allah, Allah beserta orang-orang yang sabar."

Sebuah kekuatan yang luar biasa, kekuatan yang melebihi segalanya hingga meruntuhkan rasa takut terhadap ancaman manusia, mereka lebih takut terhadap ancaman Allah SWT, ancaman apabila catatan amal perbuatan yang buruk akan diberikan dari punggung manusia. Mereka lebih takut terhadap ancaman tersebut daripada ancaman yang keluar dari seorang manusia.

Motivasi diri itu tumbuh dari kesadaran akan tujuan utama, daya gerak akan keluar dengan kekuatan yang luar biasa. Bandingkan dengan orang yang bekerja atas dasar motivasi Allah semata dengan orang yang bekerja atas dasar takut akan ancaman terhadap manusia, manakah yang akan bergerak secara terus menerus dan mempunyai kekuatan yang luar biasa? Pergeseran nilai dakwah ini mulai dirasakan oleh beberapa ikhwah, bahasa ancaman mulai terdengar apabila ikhwah tidak mencapai target. Ancaman terhadap nilai catatan seorang kader dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi perjalanan "karir" kader dakwah tersebut, hingga hal tersebut mempengaruhi nilai kerja di lapangan. Kader dakwah akan mengutamakan kerja yang lebih mendekatkan pada jenjang "karir", pemilihan lapangan dakwahpun diperhitungkan. Dalam hitungan beberapa kader, sebuah institusi bukanlah tempat yang prestisius dan menjanjikan karena selain "tidak pernah dilihat", banyak tugas operasional yang harus dilakukan dalam memenuhi nilai target, mulai dari mencari dana hingga melakukan kegiatan.

Namun demikian adapula ikhwah yang melihat dari sudut pandang berbeda, syiar menjadi ladang amal yang luar biasa, nilai keikhlasan dan kesabaran benar-benar diuji, mental ditempa, pemikiran pun akan diajak untuk selalu diasah dan pengorbanan pun akan selalu dituntut. Mereka tidak begitu mempedulikan siapa yang akan melihat kerja mereka, walau mereka sudah bekerja optimal bahkan maksimal dalam berdakwah tetapi masih saja disalahkan, mereka menganggap sebagai suatu masukan dan evaluasi. Mereka yakin bahwa Allah SWT Maha Melihat apa yang dilakukan hamba-Nya, Dia mempunyai catatan tersendiri untuk hamba-hamba-Nya.

Dari segelintir merekalah, maka dakwah berjalan dengan berbagai program dan kegiatan, tetapi dalam realitanya, dari segelintir ini, satu persatu perlahan mulai terkena penyakit FLU. Banyaknya permasalahan dan tuntutan tugas, minimnya perhatian saudaranya serta kondisi lingkungan yang tidak kondusif membuat daya tahan "iman" seorang akh akan dapat ditembus oleh penyakit FLU ini, di sisi lain rekrutmenpun berjalan lambat yang komitmennyapun masih harus diuji dalam lapangan dakwah.

Bisa jadi tulisan ini hanyalah salah satu peristiwa khusus yang kemudian dijadikan kasus umum, bisa jadi pula tulisan ini sebuah realita yang tersembunyi dan menggerogoti nilai dakwah secara senyap sedikit demi sedikit, seperti kerja anai-anai pada sebuah batang kayu, tampak bagus dalam data tetapi mulai hilang dalam nilai, bagus dalam kuantitas. Hanya saja, bila fenomena ini benar dan mulai mewabah maka harus kita sikapi dan tangani secara bijaksana dan mulai dicarikan "ubat" yang manjur serta "doktor" yang berpengalaman.

Semoga Allah SWT memberikan istiqomah serta keikhlasan kepada kita semua dalam melanjutkan warisan risalah dakwah ini dan semoga Allah SWT memberikan kepada kita kemuliaan di sisi-Nya, Amiin.

Engkau merangkak mencari mulia,
Dan orang-orang yang mencarinya berusaha
Sepenuh jiwa menempuh kelelahan

Mereka mengejar mulia hingga
Banyak yang jemu,
Yang akan menemukannya hanya yang
Sungguh-sungguh dan bersabar.
Jangan mengira bahwa mulia adalah kurma
Yang akan kau makan,
Tak akan pernah kau dapatkan mulia
Sebelum pahitnya sabar.

:: JaUh LagI AkHii ('',) ::



"Akh, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada seorang murobbinya di suatu malam. Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad'unya. "lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu ? " sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja." Jawab mad'u itu.




Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman di wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang murobbi dengan kiasan bermakna dalam. Sang mad'u terdiam dan berfikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. " Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?". Sang murobi mencoba memberi opsi. "Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasa kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba . tapi itu hanya sesaat.Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan?. Bagaimana bila ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad'u. Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian.




Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya."Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah? " Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya? . Tanya sang murobbi lagi.Sang mad'u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkattangannya :"Cukup akhi, cukup. Ana sadar.. maafkan Ana…. ana akan tetap Istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapatkan medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan…"Biarlah yang lain dengan urusan pribadinya masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji- Nya.




Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan menjadi pelebur dosa-dosa ana". Sang mad'u berazzam dihadapan sang murobbi yang semakin dihormatinya.Sang murobbi tersenyum "Akhi, jama'ah ini adalah jamaah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki . Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah." "Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka dimata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka."




"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu , maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" sambungnya panjang lebar. "Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da'i. kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah."Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil.tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!" "Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman.




Bila ada isyu atau gosip tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan seorang hamba hina menemui kemuliaannya." Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraaan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad'u bergegas mengambil wudhu untuk berqiyamu lail. Malam itu. Sang mad'u sibuk membangunkan mad'u yang lain dari asyik tidurnya. Malam itu sang mad'u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian juga yang kita harapkan dari semua kita.

;;
Blog Widget by LinkWithin
Template by - Abdul Munir - 2008